Selasa, 11 Maret 2014

MASALAH KITA

Kumpulan Tulisan H. Amri Darwis,-Sebenarnya ada suatu persoalan yang sangat memalukan, terutama bagi sebuah bangsa besar yang hidup dalam peradaban ketimuran, penuh santun dan etika, kaya tatanan adat dan ta’at beribadat. Persoalan yang paling tidak proposional dan professional itu, terjadi begitu saja didepan hidung kita. Persoaalan yang justru kalau diterapkan sesuai porsinya, justru tidak akan menimbulkan masalah.
                Setelah beberapa kali survey yang dilakukan oleh Political Economical Risk Consultancy, Indonesia selalu berada di peringkat atas dalam hak KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme). Tentu saja hal tersebut merupakan masalah besar buat bangsa ini.
                Namun demikian, untuk saat ini, kalaupun belum ada kemampuan kita untuk mengenyahkan KKN dari berbagai aspek kehidupan, setidaknya secara objektif, kita mengetahui paling tidak ada 4 penyebab yang mendorong tumbuh kembangnya KKN tersebut yaitu:
1.       Kebutuhan Lebih Besar dari Pendapatan
Diakui atau tidak, yang jelas tingkat  pendapatan resmi pegawai pemerintah memang masih jauh dari tingkat kebutuhan. Sementara itu kemajuan teknologi, paling tidak menjadi salah satu penyebab suburnya budaya Konsumerisme di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai contoh: seorang Hafizh Al Quran di Singapura, berpendapatan 300  dolar singapura /bulan, sementara di Malasyia, pekerja biasa bergaji  350 ringgit/bulan, sedangkan di Indonesia, dengan UMR yang sepertiganya, harus menghadapi system yang korup. Untuk mencap SIM dan paspor saja, yang notabenenya menggunakan jempol sendiri, kita harus membayar, conto yang lain sungguh begitu banyak, barangkali pengalaman kita berbeda-beda, tapi bias diyakini, kalau situasi yang demikian memang tengah melanda.
2.        Ahklak dan Mental Sudah Runtuh
Kalau ada tokoh nasional yang mengatakan bahwa korupsi sudah membudaya di bangsa kita, rasanya sulit untuk membantahnya. Tentu saja besarnya uang rakyat yang di korupsi, sesuai dengan tinggi rendahya kedudukan seseorang. Bertambah tinggi kedudukan seseorang, akan bertambah besar pula jumlah nilai korupsi yang berpeluang mereka lakukan.
Bila seorang pegawai rendahan yang bertugas memfoto copy dokumen, lalu memanfaatkan untuk kepentingan pribadi 10 lembar kertas per hari, berapa rim kertas yang menyimpang dari penggunaan seharusnya diseluruh instansi pemerintah.
Kita sering geleng-geleng kepala, melihat seorang pejabat Negara, yang berpendapatan resmi hanya cukup untuk biaya kebutuhan keluarga sehari-hari, tapi mampu membeli beberapa rumah  dan mobil mewah. Aneh memang, tetapi begitulah kenyataanya.
3.       Pengawasan Yang Tidak Efektif
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa oknum petugas dari suatu instansi  yang bertanggung jawab, dalam memeriksa penggunaan dana pemerintah, lebih sering mencari penyimpangan bukan untuk menindaknya, tapi untuk  memperkuat posisi tawar menawar upeti, guna meringankan, bahkan menghapuskan penyimpangan yang ditemui mereka. Termasuk pemeriksaan yang dilakukan instansi pemerintah terhadap sektor swasta.
4.       Tradisi Masyarakat Yang Salah
Apabila sesorang menjadi pejabat, maka anggota keluarga yang harus disantuni dan dipenuhi kebutuhanya, mendadak menjadi banyak. Sering seorang pejabat, karena menjaga reputasi dimata keluarga, berusaha untuk membuktikan , bahwa mereka mampu menyenangkan semua kerabat mereka. Sayangnya, sering dilihat dari aspek materi saja oleh orang-orang disekelilingnya.
Di samping hal-hal tersebut diatas, maih ada masalah subtansial yang memperburuk situasi, yaitu:
a.       Sistem pembangunan dan pendidikan yang keliru. Negara kita adalah Negara agraris dan bahari, sekarang ada berapa Lembaga Pendidikan di bidang tersebut?kalaupun ada, tentu saja masih belum memadai.
b.      Kerancuan instansi Negara, di mana adanya kedudukan lembaga Negara yang tumpang tindih .
c.       Lemahnya penegakan hokum

Oleh karena itu solusi yang dapat ditempuh adalah
a.        Membangun sistem yang benar, dimana kewenangan institusi menjadi proposional.
b.      Sistem pembangunan dan pendidikan disesuaikan dengan potensi alam dan gografis.
c.       Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan yang terjangkau.
d.      Melakukan system reward and punishment yang membuat pelaku-pelaku pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku menjadi jera untuk mengulangi perbuatan mereka. Misalnya, hukum potong jari dan dikucilkan di tempat yang terpencil, bagi koruptor yang menggerogoti harta rakyat.

                Prasyarat  mutlak  untuk berhasilnya usaha ini, harus ada kesamaan nawaitu, keinginan dan persepsi dari seluruh anak bangsa. Nah, tentu saja hal itu terpulang kepada keinginan individual, terutama nurani para elite pimpinan itu sendiri untuk mau atau tidaknya merubah keadaan seperti ini.

Share on :

Artikel Terkait Lainnya Seputar:



0 komentar:

Posting Komentar