Jumat, 07 Maret 2014

INDIKATOR DINUL ISLAM


Kumpulan Tulisan H. Amri Darwis,- Apabila dinilai dari pengakuan saja, ke-Islaman seseorang tentu sangat sulit untuk diketahui kualitas yang sebenarnya:Karena itu untuk mengetahui lebih jauh tentang ke-Islaman seseorang:maka harus dilihat  dari beberapa indicator yang menjadi pentunjuk:teraktualisasi atau tidaknya Dinul Islam dalam kehidupanya.
Keberadaan Aqidah Islamiyah di dalam diri seseorang, seharusnya akan membuatnya mampu memelihara hal-hal sebagai berikut:
1.       Keimanan
Dalam Q.S.Ibrahim ayat 24, Allah menyebutkan perumpamaan iman yang teguh itu, seperti kasajaratin thoyyibatin, artinya bagaikan pohon yang kokoh:akarnyamenancap jauh kedalam bumi, batang, dahan, ranting dan daunya menjulang tinggi ke angkasa. Kalaupun angin datang menuip, bahkan badai datang mengamuk, boleh jadi dia akan bergoyang, namun bila angin tenang dan badai reda:dia akan kembali berdiri seperti semula.
Berbeda dengan kualitas imam yang rapuh, Allah memisalkanya dengan sebutan kasajaratin khabisath , seperti pohon yang rapuh (Q.S.Ibrahim 28):akarnya hanya sekedar menempel ditanah. Jangan topan yang datang, angin sepoi-sepoi pun akan mampu merubuhkanya.
Jadi apabila imanya mantap, maka ia akan beristiqomah untuk tetap berada dijalur shiratal mustaqim . Bahkan tidak jarang: hal tersebut mampu ditularkan untuk kemudian mengayomi orang lain yang membutuhkan. Layaknya pohon yang rindang, bias menjadi tempat berteduh dan berlindung bagi orang lain.
2.       Akal
Akal, sebagai salah satu factor yang melebihkan kedudukan manusia dari mahkluk lain;sangat penting untuk dipelihara kualitasnya. Karena menurut ketentuan Islam, apa saja yang dapat mempengaruhi, apalagi merusak akal manusia : dilarang dan diperintahkan untuk menjauhinya.
Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Q.S.Al Maidah ayat 9 Innamal chamru wal maisiru wal anshohu wal azlamu min’amalis syaithan fajtanibu (sesungguhnya minuman keras, judi, menyembah berhala dan ramal meramal adalah pekerjaan syaitan. Oleh karena itu jauhilah)
4 hal tersebut, tidak saja menyebabkan hilang atau berkurangnya akal dan akan tetapi juga merendahkan kedudukan akal sendiri.
3.       Martabat
Termaktub di dalam Q..At-Tin, Laqad chalaknal insane fi ahsani taqwim (sesungguhnya manusia merugi itu adalah mahkluk yang sempurna)
Manusia diciptakan Allah dengan kedudukan dan martabat yang tinggi di antara mahkluk Allah yang lainya. Namun tsumma radatna hu asfala safilin (bia terhempas ke lembah kehinaan). Illal ladzina ‘amanu wa ‘amilussholihat (kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh).
Jadi yang dapat memelihara martabat manusia, adalah amal perbuatan baik yang berlandaskan kepada imam. Makanya ajaran Islam sangat melarang perbuatan yang melanggar hak-hak manusia, termasuk hak kepemilikan akan benda dan hak untuk hidup.
Sebagaimana yang ditegaskan Rasullullah,”Inna dima akum waamwalakum ‘alaikum haram (sesungguhnya harta dan nyawa sesame haram bagimu). Berarti perbuatan yang melanggar hak kepemilikan harta benda dan nyawa sesam muslim, diharamkan dalam ajaran islam.    
4.       Harta
Keberagaman, harus mampu mengarahkan untuk selalu berada dalam koridor Allah dan RasulNya, dalam memilih sumber nafkah. Mulai dari cara memperoleh, menggunakan harta serta mendistribusikanya. Dalam ajaran Islam tidak boleh merugikan orang lain dalam mencari Harta benda dan kebutuhan lainya. ”watakkulu amawalakum bainakum bil bathil (jangan sampai kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil).
Berarti dalam tuntunan Islam, untuk memperoleh harta sumbernya harus yang berkualitas halalan dan thoyiban.
5.       Keluarga
Ku anfusakum wa ahlikum naro (periharalah dirimu dan ahli (anak&istrimu)serta familimu dari azab neraka). Sebagai muslim, memiliki kewajiban untuk memelihara diri dan anggota keluarganya dari azab neraka.
Untuk itu ajaran Islam menuntun umatnya mulai mencari jodoh, melaksanakan pernikahan, berumah tangga, mendidik anak, sampai akhirnya mampu membangun rumah tangga sakinah mawaddah dan warahmah. Rumah yang baiti jannati untuk membentuk keturunan shaleh dan shalehah.
6.       Agama
Disamping berkewajiban untuk melaksanakan sendiri ketentuan Agama, setiap muslim juga sangat dihimbau untuk mengajak orang lain ke jalan Allah dan Rasulnya. Wal takam mainkum ummatum yad’una ilal chair, wayak muruna bil ma’aruf, wayanhauna ‘anil munkar.
Untuk ajakan tersebut, Allah memberikan suatu penghargaan yang tinggi melalui firmaNya”waman’ahsanu qoulammirnma da’ailallah (apakah ada perkataan yang lebih baik dari perkataan yang mengajak orang ke jalan Allah)

Nah sebagai seorang muslim sudahkah mampu memelihara ke 6 hal tersebut?akan menjadi lebih baik, bila kita mulai menilai dan menyimpulkannya sekarang juga.




Share on :

Artikel Terkait Lainnya Seputar:



0 komentar:

Posting Komentar