Kumpulan Tulisan H. Amri Darwis,-Rasanya semua muslim mengiginkan akhir kehidupan yang baik.
Tentu saja baik menurut ketentuan Allah. Ketentuan ini dikenal dengan sebutan
KHUSNUL KHATIMAH, yaitu suatu akhir yang baik.
Untuk
memperoleh hal tersebut, tentu tidak begitu saja dapat digapai. Boleh jadi
dengan usahapun belum tentu kita dapatkan. Apalagi jika usaha tersebut tidak
dilakukan dengan sungguh-sungguh
Paling
tidak, ada 4 cara yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Tentu saja,
untuk memungkinkan bias mendapatkan akhir kehidupan yang baik atau khusnul
khatimah yaitu:
1.
Membersihkan Tauhid dari
Kemusyrikan
Pada dasarnya, syirik adalah dosa besar,
inna syirka la zulmun ‘azim. Oleh karenanya, hal itu harus dijauhi. Sementara
itu, ada sebagian orang dalam keadaan tertentu, disadari atau tidak, justru
telah berbuat syirik. Misalnya saja mempercayai rasi bintang yang sering
ditayangkan di media masa, atau pergi bertanya dan minta aran kepada seseorang
yang dianggap mempunyai kemempuan meramal masa depan, kemudian mempercayainya.
Ini jelas bertentangan dengan yang kita
ucapkan dalam shalat,iyy ka na’budu wa iyyaka nasta’in. sekali kita mencari
pertolongan dan perlindungan selain kepada Allah, maka musyriklah kita.
2.
Bertaubat Kepada Allah
Disadari atau tidak, semua manusia tidak
dapat lepas dari perbuatan salah. Baik itu kesalahan kepada Allah, apalagi
kesalahan terhadap sesame manusia. Coba renungkan, apa saja aktifitas dari
mulai dari bangun pagi. Sudah tepat waktukah melaksanakan holat subuh?. Adakah
shalat itu dilakukan karena Allah semata, bukan karena alas an-alasan lain?
Sewaktu sarapan adakah memulainya dengan
membaca Bismillahirrahma nirrahim, dan menyudahinya dengan mengucapkan
alhamdullillahirabbil’alamin?. Begitu pula saat akan melangkahkan kaki menuju
tempat bekerja dan sesampainya ditempat tujuan dengan selamat, sudahkah
berterimakasih kepada Allah. Lantas selama berinteraksi dengan orang lain
ditempat kerja, apakah ucapan, tindak tanduk dan perilaku, selalu berada dalam
koridor Islami dan seterusnya.
Padahal, untuk menutupi kelalaian,
Rasulullah saja beristiqhfar paling tidak 70 kali sehari semalam. Berapa
kalikah permohonan ampun yang telah kita lakukan? Dalam hadist yang
diriwayatkah Tarmizi, Rasul mengatakan “sebaik-baiknya orang yang berbuat salah
adalah yang bertaubat
3.
Memperbanyak amal saleh
Kecenderungan umum adalah bilamana sudah
melakukan shalat lima waktu yang diwajibkan, maka cukuplah
amal saleh pada hari
itu.padahal, itu baru merupakan kewajiban yang memang harus dilakukan
Padahal shalat wajib akan mempunyai nilai
tambah, apabila melakukan juga shlat sunat rawatib, membaca, menghayati dan
mengamalkan Al-Quran, serta berbuat bauk dan mengulurkan tangan membantu orang
lain yang membutuhkan, diminta atau tidak diminta, chairunna anfa’ahum linnas.
Seringkali kita menyambut tamu yang datang
saja tidak bermuka manis. Apalagi tamu yang datang itu akan meminta bantuan
kepada kita. Padahal senyuman itu adalah ibadah. Kadangkala bila ada orang yang
mengundang kita, kita mencari-cari alas an untuk tidak datang. Bahkan
mengucapkan salam saja saat bertemu orang lain kadangkala terasa berat esama
muslim dan akan mendapatkan pahala bila kita kerjakan.
4.
Meminta maaf kepada orang
Bila mana kita pernah berbuat salah atau membuat
orang lain merasa dirugikan baik moril ataupun materil maka dihari akhir kelak,
orang tersebut dapat menuntut ganti rugi kepada kita dengan meminta sebagian
pahala yang kita punyai. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut atau
paling tidak meminimalkan digerogotinya pahala kita, ehingga bias menyebabkan
kita “devisit pahala”yang pati akan menjadi malapetaka besar bagi kita. Maka
berusahalah untuk meminta maaf kepada siapa kita mungkin berbuat salah. Dan
bagi kita yang merasa diperlakukan tidak baik oleh orang lain, memaafkan
kesalahan orang adalah sangat diaanjurkan. Malah hal itu merupakan salah satu
cirri dari orang-orang yang bertaqwa kepada Allah:wal’afina’aninnas.
Kalau hal diatas sudah dilakukan
alhamdullilah!kalaupun belum mungkin kita masih ada kesempatan. Yang menjadi
masalah adalah, maukah kita melakukanya?
0 komentar:
Posting Komentar