Rabu, 02 April 2014

TIME MANAGEMENT


Kumpulan Tulisan H. Amri Darwis,-Peradaban, ilmu pengetahuan, dan teknologi manusia yang berada di dunia modern semakin maju. Sementara itu, ummat islam yang hidup dibawah pancaran Illahi, dan mengejar ridha Allah, ternyata kian hari kian bertambah mundur.
Jika kemunduran itu merupakan pengejawantahan dari sunatillahi tabdila (sunatullah itu berulang-ed), berarti ummat Islamnmenuju kemunduran yang dua kali lebih cepat dari pada orang non muslim.
Sebab, pada dasarnya, kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi satu kaum, hanya bisa dicapai jika kaum tersebut mampu untuk mengatur waktu dalam kehidupannya.
Begitu penting dan dihargainya waktu dalam ajaran Islam, ini dapat kita lihat dari firman-firman Allah yang mengambarkan perjalanan waktu itu sendiri, seperti dalam surat Wadduha, wallaili, wannahar dan wal’asyri, yang sangat terkenal itu.
Belum lagi hadist-hadist Rasulullah sebagai petunjuk pelaksana wahyu, memperingatkan umatnya, agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Berkaitan dengan pengaturan waktu ini, pada beberapa hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Rasulullah SAW pernah memberikan tuntunan, bahwa sebagai umatnya, kita harus mampu mengalokasikan waktu yang diberikan Allah dalam hidup dan kehidupan ini, dengan membaginya menjadi 4 (empat)bagian yang sangat dibutuhkan, yakni:
1.       Yunaji Fiha Rabbahu
Bermunajad, berdialog, meminta kepada Allah, terutama sekali melalui ibadah maghda, seperti shalat, disamping ibadah ghoir maahda. Melalui peribadatan seperti itu, Rasulullah mengajak kita untuk menimbulkan rasa tadorruh ilallah. Kedekatan kita semakin bertambah dengan menyakinkan diri, bahwa ada kekuatan yang maha kuasa, mengatur dan mengawasi aktifitas hidup dan kehidupan kita.
Bila kita dekat dengan Allah, maka akan timbul rasa optimism, self confidence, disiplin kerja akan terpelihara dengan baik dan bahkan kemungkinan kita melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Allah, akan dapat dihindari.
2.       Yuhasabu Fiha Nafsahu
Bermuhasahah, yakni mengintropeksi diri, sudah sejauh manakah kita hidup dan berkehidupan secara Islami. Sudahkah tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah?sudahkah rumah tangga yang kita arungi bersama istri dan anak-anak mencapai taraf baiti jannati, yang akan membawa kepada keselamatan hidup dunia dan akhirat?
Menurut Rasulullah, syarat rumah tangga yang tergolong baiti jannati itu ada dua:
a.       Di rumah itu selalu dibaca, dipelajari, dihayati dan diamalkan firman-firman Allah secara rutin dan teratur
b.      Dalam rumah itu, atau dari rumah itu ada anak yatim yang disantuni.
3.       Yatafakkaru Fihun Illahi ‘Azawajalla
Merenungkan ciptaan Allah, mulai dari diri kita sendiri, sampai kepada alam yang begitu luas, yang dijadikan Allah untuk kita hidup dan berkehidupan. Tentu saja ujung dari renungan itu, harus bermuara kepada rasa syukur kehadirat Allah SWT.
Rasa syukur baru bisa terwujud, jika diaktualisasikan dengan menggunakan semua  nikmat dari Allah, sesuai dengan ketentuan Alkitab, yakni, menjalankan perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya:qulubu zakirun dan lisanu syakiran. Yaitu hati yang selalu ingat kepada Allah, dan lisan yang slalu bersyukur kepada Allah.
4.       Yakhalu Fiha Liayatihi Minal Mat’abi wall Masharabi
Bekerja mencari nafkah, untuk kehidupan keluarga tentu saja mencari nafkah dengan cara dan dari sumber yang diredhai Allah. Sebab apabila sumber rezeki dan cara kita mendapatkanya, tidak menurut ketentuan Allah dan RasulNya, boleh jadi anak kita secara jasmani tumbuh sehat. Namun secara ruhaniah, akhlak, moral dan budi pekerti, biasanya menyimpang dari perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh seorang muslim yang kaffah.
Thalul halali forudhati (Hr:Thabrani dan Baihaqi):Bekerja mencari yang halal, itu satu kewajiban ibadah. Bahkan nilai dirham yang paling tinggi di sisi Allah, adalah yang dipergunakan untuk memberi nafkah keluarga.

Nah, sekarang kita tinggal mengkalkulasikan, sudah berapa banyak kita mengalokasikan waktu dalam kehidupan, sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya?mudah-mudahan sudah. Kalau belum, mari kita berusaha untuk menyesuaikan dengan arahan Rasulullah yang menjadi panutan kita bersama.

Share on :

Artikel Terkait Lainnya Seputar:



0 komentar:

Posting Komentar