Kumpulan Tulisan H. Amri Darwis,-Peradaban, ilmu
pengetahuan, dan teknologi manusia yang berada di dunia modern semakin maju.
Sementara itu, ummat islam yang hidup dibawah pancaran Illahi, dan mengejar
ridha Allah, ternyata kian hari kian bertambah mundur.
Jika kemunduran
itu merupakan pengejawantahan dari sunatillahi
tabdila (sunatullah itu berulang-ed), berarti ummat Islamnmenuju kemunduran
yang dua kali lebih cepat dari pada orang non muslim.
Sebab, pada
dasarnya, kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi satu kaum, hanya
bisa dicapai jika kaum tersebut mampu untuk mengatur waktu dalam kehidupannya.
Begitu penting
dan dihargainya waktu dalam ajaran Islam, ini dapat kita lihat dari
firman-firman Allah yang mengambarkan perjalanan waktu itu sendiri, seperti
dalam surat Wadduha, wallaili, wannahar dan wal’asyri, yang sangat terkenal
itu.
Belum lagi
hadist-hadist Rasulullah sebagai petunjuk pelaksana wahyu, memperingatkan
umatnya, agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Berkaitan dengan
pengaturan waktu ini, pada beberapa hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban,
Rasulullah SAW pernah memberikan tuntunan, bahwa sebagai umatnya, kita harus
mampu mengalokasikan waktu yang diberikan Allah dalam hidup dan kehidupan ini,
dengan membaginya menjadi 4 (empat)bagian yang sangat dibutuhkan, yakni:
1. Yunaji Fiha Rabbahu
Bermunajad,
berdialog, meminta kepada Allah, terutama sekali melalui ibadah maghda, seperti
shalat, disamping ibadah ghoir maahda. Melalui peribadatan seperti itu,
Rasulullah mengajak kita untuk menimbulkan rasa tadorruh ilallah. Kedekatan
kita semakin bertambah dengan menyakinkan diri, bahwa ada kekuatan yang maha
kuasa, mengatur dan mengawasi aktifitas hidup dan kehidupan kita.
Bila
kita dekat dengan Allah, maka akan timbul rasa optimism, self confidence,
disiplin kerja akan terpelihara dengan baik dan bahkan kemungkinan kita
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Allah, akan dapat dihindari.
2. Yuhasabu Fiha Nafsahu
Bermuhasahah,
yakni mengintropeksi diri, sudah sejauh manakah kita hidup dan berkehidupan
secara Islami. Sudahkah tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan penuh
rahmah?sudahkah rumah tangga yang kita arungi bersama istri dan anak-anak
mencapai taraf baiti jannati, yang akan membawa kepada keselamatan hidup dunia dan
akhirat?
Menurut
Rasulullah, syarat rumah tangga yang tergolong baiti jannati itu ada dua:
a.
Di rumah itu selalu dibaca,
dipelajari, dihayati dan diamalkan firman-firman Allah secara rutin dan teratur
b.
Dalam rumah itu, atau dari
rumah itu ada anak yatim yang disantuni.
3. Yatafakkaru Fihun Illahi ‘Azawajalla
Merenungkan
ciptaan Allah, mulai dari diri kita sendiri, sampai kepada alam yang begitu
luas, yang dijadikan Allah untuk kita hidup dan berkehidupan. Tentu saja ujung
dari renungan itu, harus bermuara kepada rasa syukur kehadirat Allah SWT.
Rasa
syukur baru bisa terwujud, jika diaktualisasikan dengan menggunakan semua nikmat dari Allah, sesuai dengan ketentuan
Alkitab, yakni, menjalankan perintahNya dan meninggalkan segala
laranganNya:qulubu zakirun dan lisanu syakiran. Yaitu hati yang selalu ingat
kepada Allah, dan lisan yang slalu bersyukur kepada Allah.
4. Yakhalu Fiha Liayatihi Minal Mat’abi wall Masharabi
Bekerja
mencari nafkah, untuk kehidupan keluarga tentu saja mencari nafkah dengan cara dan
dari sumber yang diredhai Allah. Sebab apabila sumber rezeki dan cara kita
mendapatkanya, tidak menurut ketentuan Allah dan RasulNya, boleh jadi anak kita
secara jasmani tumbuh sehat. Namun secara ruhaniah, akhlak, moral dan budi
pekerti, biasanya menyimpang dari perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
seorang muslim yang kaffah.
Thalul halali
forudhati (Hr:Thabrani dan Baihaqi):Bekerja mencari yang halal, itu satu
kewajiban ibadah. Bahkan nilai dirham yang paling tinggi di sisi Allah, adalah
yang dipergunakan untuk memberi nafkah keluarga.
Nah,
sekarang kita tinggal mengkalkulasikan, sudah berapa banyak kita mengalokasikan
waktu dalam kehidupan, sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya?mudah-mudahan
sudah. Kalau belum, mari kita berusaha untuk menyesuaikan dengan arahan
Rasulullah yang menjadi panutan kita bersama.
0 komentar:
Posting Komentar