Persoalan tersebut, justru ditambah dengan
posisi hutang luar negeri Indonesia saat ini 96% dari produk domestic ruto.
Untuk membayar hutang tersebut, terpaksalah harus menggunakan pinjaman baru,
serta penggalian sumber daya alam sebanyak-banyaknya.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka
perlu diterapkan system ekonomi yang berbasiskan kehidupan rakyat. Jadi
penegakan demokrasi yang saat ini sedang diperjuangkan, hendaknya diikuti
dengan penegakan keadilan dalam bidang ekonomi.
Sebagai contoh, ummat Islam yang berjumlah 87% dari 209 juta penduduk
Indonesia, harus mampu membangun jaringan ekonomi yang kuat. Kalau mau saja
umat Islam berpikir secara objektif, dengan jumlah sedemikian besar, merupakan
solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Umat Islam adalah stockholder dan stake holder sekaligus.
Ummat Islam adalah konsumen yang
pontensial, karena itu harus diorganisir oleh pihak produsen. Bila tidak mampu
menyelesaikan permasalahan sendiri,maka akan muncul pihak lain menawarkan
solusi yang tentunya latarbelakangi oleh kepentingan-kepentingan sendiri, baik
yang mereka utarakan secara resmi maupun yang tersembunyi.
Jadi usaha saat ini harus diarahkan,
bagaimana menjadikan ummat Islam sebagai mesin penggerak ekonomi kita. Untuk
itu, yang paling penting ditumbuh kembangkan, adalah kesadaran dan keinginan
untuk bersatu membangun economi network.
Jelas yang menjadi basisnya adalah mutual trust diantara umat islam.
Suasana saling curiga, serta keinginan hanya untuk mendahulukan kepentingan
diri sendiri atau kelompok sendiri, pasti akan menjadi penghambat utama untuk
terciptanya jaringan ekonomi ini.
Untuk itu, barangkali yang bias dijadikan
embrio net-work adalah: kelompok-kelompok
masjid, kelompok majelis ta’lim, kelompok remaja masjid, dan lain-lain. Di
antara anggota ini, sudah terjalin rasa percaya, saling membantu, rasa kesatuan
dan hubungan ukhuwah yang cukup kuat. Jadi jangan kelompok yang ada hanya
digunakan untuk kepentingan politik saja. Namun harus diarahkan kepada
kepentingan untuk meningkatkan taraf hidup umat di bidang ekonomi, yang sejak
zaman Indonesia merdeka, hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.
Kelompok
yang sudah terbangun ini, harus mampu membangun unit-unit usaha yang
menyangkut keperluan masyarakat banyak. Misalnya aja, membuka usaha
perbengkelan, distributor barang-barang kebutuhan pokok, unit pelayanan
kesehatan, lembaga-lembaga pendidikan yang memfokukan pada pembekalan ilmu dan
pengetahuan yang bersifat life skill dan
masih banyak lainya
Rasanya hal-hal tersebut dimulai segera.
Harus ada di masing-masing daerah atau wilayah, mau menjadi inisiator, untuk
memulai mengorganisir usaha ini. Tentunya dises
uaikan dengan situasi dan kondisi
objektif yang ada. Nah, siapa yang mau memulai?
0 komentar:
Posting Komentar